Teman – teman, pernahkah kita merasa bahwa diri kita tidak sanggup berjalan lebih jauh lagi? Rasanya lebih parah dari mager… rasanya seperti tidak ada kekuatan apa – apa dalam diri kita. Rasanya, kita ingin menyepi di sebuah ruangan, dan kita tidak memiliki kekuatan untuk merangkak keluar. Nah, teman – teman, tunda rencana kalian untuk healing ke luar kota! Mungkin, tulisan kecil ini dapat membantu.
19:1 Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, 19:2 maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” 19:3 Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.
Pernahkah kita lari dari masalah ketika kesulitan menghadang? Kita sudah memberikan semua yang paling baik. Kita ikuti semua perintahnya. Namun satu masalah besarlah yang datang menyambut kita, alih – alih pelukan dan ciuman.
19:13 Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
19:14 Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.”
Pernahkah kita merasa terluka dan terpukul oleh sebuah kejadian, seakan Tuhan tidak hadir dalam hidup kita? Kuasa Tuhan yang besar dan tak terbatas seakan hilang tanpa jejak di hadapan masalah kecil yang makin lama menjadi makin jelas dan nyata mengancam. Tidak ada orang yang menolong. Tuhan diam. Di sini kita sebenarnya bertanya, “Di mana Dia?”
Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. 19:16 Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.
Teman – teman, kalau kita perhatikan ayat tertentu di 1Raj 19, ada cerita bahwa “… Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. 19:12 Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.”
Teman – teman, demikianlah cara Tuhan bekerja. Ketika kita terpukul mundur, ia telah merencanakan kemenangan umatNya. Ia sudah siapkan pemulihan yang terbaik juga bagi kita. Tetapi kita, karena kita manusia, kita menginginkan diri kita berada terus di dalam pusaran angin kuasa Tuhan. Kita tidak mau berada di angin sepoi – sepoi biasa. Jangan – jangan, kita mulai menganggap bahwa keberadaan kita di sana adalah sebuah hak! Kita menyangka bahwa sudah sepatutnya Allah selalu menunjukkan kuasa, tanpa sadar bahwa hidup punya dinamikanya sendiri. Dalam berdinamika dengan alam dan sesama, Ia hanya meminta supaya kita memiliki ketaatan padaNya.
Sumber gambar: https://images.pexels.com/photos/267559/pexels-photo-267559.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&dpr=2&h=750&w=1260