Apa yang Ada di Balik Tragedi?
Sabtu, 1 Oktober 2022, Indonesia kehilangan ratusan warganya (sumber – sumber tertentu berbeda hitungan, POLRI sepakat korban meninggal berjumlah 125 orang) dalam insiden yang terjadi setelah pertandingan sepakbola antara AREMA dan Persebaya. Kejadian ini adalah sebuah tragedi, dalam arti sesuatu hal buruk yang harusnya bisa dihindari. SobaTanda yang mengikuti berita yang beredar mungkin sudah melihat bahwa perbincangan yang terjadi, baik dalam media massa maupun media sosial, berlangsung dengan semangat untuk berdebat, roh kontrarian (kalau banyak yang setuju, aku harus tidak setuju), dan sering diadakan tanpa rasa hormat terhadap para korban. Perdebatan seperti itu adalah kesia – siaan. Yuk, SobaTanda, kita melihat di balik apa yang terlihat netra, dengan rasa ingin tahu semua.
Sebab dan Akibat
Salah satu perdebatan yang cukup sering dibunyikan oleh Netizen adalah, dalam bahasaku sendiri, “Penonton yang turun ke lapangan menyebabkan bencana ini” atau, “Polisi yang menembaki penonton dengan gas air mata menyebabkan bencana ini”. Argumen ini menganggap manusia mirip dengan bola kelereng, meteor yang saling bertabrakan, atau kawanan domba, yang bergerak mengikuti hukum fisika dan sifat mereka masing – masing. Ada seorang filsuf, namanya David Hume, yang membuktikan bahwa sebab dan akibat itu bukan cara berpikir yang tepat dalam segala kondisi.
David Hume adalah seorang filsuf aliran empiris asal Britania. Dalam buku A Treatise of Human Nature, manusia bisa tahu akan segala sesuatu karena manusia menangkapnya melalui panca indra. Dari hasil pengamatannya, manusia menemukan hubungan antara beberapa hal, yaitu kemiripan, kesinambungan, dan sebab akibat. Terkadang, ia salah menilai dan menukar atau menganggap sama dua hal yang mirip, atau menganggap dua kejadian yang saling berdampingan sebagai sebab dan akibat, atau menganggap apa yang kosong ada isinya, dan sebaliknya, apa yang ada isinya dianggap kosong, karena pengaruh kebiasaan. Artinya, indra manusia, walaupun pada umumnya merupakan indra yang baik dan kuat, bisa salah menangkap, dan karena itu pikirannya juga salah, karena faktor kebiasaan.
Faktor kebiasaan ini juga terjadi dalam komentar Netizen mengenai Kanjuruhan. Orang terbiasa menyebut bahwa kejadian ini menyebabkan kejadian itu, perilaku ini menyebabkan perilaku tertentu, yang biasanya bisa dibenarkan kalau menyangkut ilmu alam. Banyak Netizen lupa, manusia bukan kelereng, bukan juga bahan kimia, melainkan manusia dengan akal budi, suara hati, dan kehendak bebas, yang bisa menentukan sendiri mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang salah. Sifat mereka, tradisi fans sepak bola, contoh buruk, dan kurangnya pendidikan tidak menyebabkan mereka turun ke lapangan, dan kurangnya pemahaman SOP, kurangnya pelatihan, kurangnya kemampuan menilai keadaan, dan pembelian gas air mata yang kadaluwarsa tidak menyebabkan kematian 125 orang atau lebih, sama seperti baju yang terbuka tidak menyebabkan pemerkosaan terhadap seorang manusia, melainkan semua itu merupakan sebuah konteks, sebuah faktor yang mempengaruhi pertimbangan dan pilihan manusia. Penyebab tragedi Kanjuruhan adalah pilihan bebas ratusan manusia yang proses pertimbangannya keliru dan dilaksanakan dengan tidak melihat keadaan, baik ruang maupun waktu.
Berkaca Dari Adam dan Hawa
SobaTanda, yuk, kita memperhatikan sebuah kejadian yang tertulis di kitab suci. Adam dan Hawa digoda oleh si Jahat, dan mereka jatuh ke dalam dosa pertama. Apa yang mereka katakan mencerminkan keadaan manusia sekarang ini: Seorang wanita menyebabkan aku jatuh ke dalam dosa, atau seorang iblis menyebabkan aku jatuh ke dalam dosa. Adam dan Hawa menunjukkan, betapa manusia sering tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Inilah poinku: Kanjuruhan, dan berbagai peristiwa celaka lainnya, ada karena pilihan manusia. Aku tidak menunjuk pihak tertentu, misalnya polisi, suporter, Netizen, penulis kolom opini, pak Presiden, dan lain – lain. Aku sadar, bahwa penderitaan di Kanjuruhan adalah suatu kegagalan usaha manusia untuk mengadakan dunia yang berjalan dengan baik, dan semua orang yang tidak menambahkan sesuatu dalam rangka usaha tersebut, sekalipun sekedar sebuah doa, sudah berbuat salah. Ingatlah doa tobat kita, Sobat. “… dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa…”
Kevin Reiner Hidayat
N.B: Pemahaman Teks Hume dibantu tulisan parafrase yang digubah oleh Jonathan Bennett.
DAFTAR PUSTAKA
Hume, David. Treatise of Human Nature. Diedit L. A. Selby-Bigge. Edisi Kedua. London, England: Oxford University Press, 1978. https://oll.libertyfund.org/title/bigge-a-treatise-of-human-nature.
Kaufmann, Walter. Tragedy and Philosophy. Princeton, N.J. : Princeton University Press, 1992.
polri.go.id. “Kericuhan Usai Laga Arema vs Persebaya di Surabaya“. https://polri.go.id/berita-polri/2276
polri.go.id. “Penyidikan Tragedi Kanjuruhan, Tinggal Tunggu Siapa Tersangka“. https://polri.go.id/berita-polri/2365