Logo TandaSalib

Refleksi Piala Dunia: Penggunaan dan Kasih dalam Karol Wojtyla

Juara Piala Dunia 2022 Qatar, Argentina. Sumber: Kompas.com.

SobaTanda, Argentina memenangkan piala dunia. Entah karena usaha keras, strategi, pengaturan judi bola, atau berkat dari Paus dan kekuatan anime, merekalah Juara Piala Dunia Qatar 2022. Namun, kok aku resah ya? Aku melihat beberapa hal yang membuatku bertanya – tanya selama dan setelah acara selesai: Judi bola, kelakuan orang pada umumnya, dan beberapa hal lain; Tidak hanya di Piala Dunia, aku juga mengamati Piala AFF. Yuk, kita masuk ke dunia berpikir.

Paus Fransiskus Dihadiahi Jubah Tradisional Jepang Bergambar Anime Wajahnya. Sumber: Kompas.com.

Karol Wojtyla: Karya Sebelum Kepausan

Ada yang namanya objek, dan ada yang namanya subjek; ada yang namanya cinta dan penggunaan. Manusia termasuk dalam kelompok subjek, sebab ia memiliki kehendak bebas, dan karena itu ia harusnya bebas dari penggunaan, yaitu mengikuti kehendak orang secara dipaksa. Pengecualian ada pada anak – anak yang belum paham apa yang harus mereka lakukan, dan orang – orang yang berada dalam perintah seseorang demi kebaikan bersama, kebaikan yang mereka juga cari. Penggunaan juga berarti membuat orang sekedar cara bagi kita untuk mendapatkan sesuatu yang kita mau, apalagi dengan siksaan atau paksaan. Dalam arti ini, penggunaan sama sekali dilarang.

Kasih itu lain sama sekali dari penggunaan. Kasih menyatukan orang dari dalam, dari kebaikan bersama yang sama – sama dikejar. Sementara penggunaan dipaksakan dari luar, kasih adalah pilihan bebas bersama. Orang harus mengusahakan kasih itu dari diri mereka sendiri. Demikian, setiap orang bebas untuk mengasihi siapapun yang ada, atau tidak mengasihi.

Apakah kita memperlakukan pemain sepak bola sebagai manusia terkasih, atau sebagai alat? Judi bola jelas bukan tindakan mengasihi mereka, sebab mereka hanya jadi pion bagi keuntungan pribadi. Apakah kita mendukung mereka, Messi, Mbappe, Ronaldo, karena kita mengasihi mereka, atau karena kita hanya ingin punya alasan untuk berbahagia, makan pizza sambil nobar? Jika demikian, kita menggunakan mereka. Lihat juga saat Piala AFF, ketika pemain Thailand dilempari batu oleh orang kita sendiri, apakah kita mengasihi mereka? Jelas, mereka hanya alat bagi pelampiasan emosi kita. Beberapan dari kita ternyata bersalah!

Manusia Bukan Sih?

Minggu lalu, kita membahas Deus Caritas Est. Ada sebuah poin penting: Manusia yang kita temui mungkin butuh bantuan, maka kita perlu bantu dalam kasih. Manusia di lapangan sepak bola bisa jadi belum kita temui. Kita hanya melihat mereka bermain sebagaimana mereka ada melalui kamera. Itu bukan menjadi alasan untuk menggunakan mereka, sebab mereka jelas manusia. Mereka marah, mereka berbohong, mereka curang, mereka bahagia. Di saat itu kita bisa berdoa, bahwa apapun yang mereka (pemain bola) lakukan, mereka bertindak untuk kebaikan semua orang, bahwa: “Kamu pun bisa menjadi seperti aku: Sehat, kuat, dan bertenaga!” Bukankah itu hal yang mendorong Pele, Maradona, dan Messi ke lapangan hijau: Melihat contoh? Ayo, daripada judi bola, mendingan kita injak lapangan (kalau masih kuat!)

Kevin Reiner Hidayat

DAFTAR PUSTAKA

Rizky Adha Mahendra, “Bus Timnas Thailand Jadi Sasaran Pelemparan di GBK”, https://news.detik.com/berita/d-6487957/bus-timnas-thailand-jadi-sasaran-pelemparan-di-gbk, Kamis, 29 Des 2022, 16:53 WIB.

Wojtyla, Karol. Love and Responsibility. Terjemahan H.T. Willets. San Fransisco: Ignatius Press, 1993.