Logo TandaSalib

Hoax, Cahaya Matahari, dan Terang Bulan

Joe Biden dan Ida Dayak

SobaTanda, jaman ini adalah jaman dimana hoax tumbuh bagai jamur. Media sosial dan aplikasi obrolan menjadi salah satu tempat penyebarannya. Contoh, berbagai berita hoax mengenai Ida Dayak. Memang Ida Dayak adalah tokoh yang nyata. Contoh hoax misalnya berita yang terkait Ida Dayak, ia diberitakan menyembuhkan putra Joe Biden, presiden Amerika. Kejadian ini tidak pernah ada. Pertanyaannya, mengapa kejadian seperti demikian diberitakan ada?

Psikologi Sosial: Keterlibatan Ego

Taylor, Peplau, dan Sears punya jawaban. Ketika sebuah berita menyentuh ego sang pembaca, pembaca dengan mudah menerima berita. Ego disentuh dengan menyesuaikan diri dengan “kebangsaan, agama, etnis, atau kelas sosial”. Mungkin, beberapa orang yang biasa menggunakan jasa pengobatan alternatif akan langsung setuju dengan berita tersebut, sebab berita tersebut mengangkat kelas sosial mereka ke tingkat internasional. Dengan kata lain, hoax sering menyasar kaum yang kelas sosialnya, dirasa oleh mereka sendiri, perlu diangkat.

Matahari, Gua, dan Pendidikan

Dalam buku Republik gubahan Platon, ada sebuah alegori bernama alegori gua. Alegori bisa dipahami sebagai gambaran dari sesuatu yang abstrak. Bayangkan sebuah gua yang dalam dan gelap, dihuni beberapa orang tahanan yang dirantai dan sebuah sumber cahaya. Sumber cahaya tersebut ditutupi orang – orang yang membawa barang, sehingga terciptalah bayangan di dinding gua. Para tahanan seumur hidup melihat bayangan dan suara orang yang membawa barang sebagai kenyataan, sebagai yang benar. Katakanlah ada seorang tahanan yang dilepaskan dari rantainya, lalu dibawa keluar. Dalam perjalanan, ia melihat barang – barang yang asli dan bukan bayangan. Ia juga merasa terpaksa keluar dari gua, sehingga ia kesal sekali ketika dibawa keluar. Ketika ia keluar dari gua, ia merasa silau, lalu ia belajar melihat segala sesuatu di bawah terang bulan terlebih dahulu (terang bulan purnama, bukan martabak. Maaf bagi yang sedang lapar), sebelum akhirnya ia melihat segala sesuatu di bawah cahaya matahari, dan juga matahari itu sendiri. Inilah efek pendidikan kepada manusia bagi Sokrates. Cahaya matahari adalah bentuk (form) kebaikan. Semua orang punya kapasitas untuk mencapainya. Pendidikan adalah pengarahan kapasitas manusia untuk melihat kebaikan tersebut.

Hoax bekerja secara efektif bagi orang – orang yang berada di “gua Platonik”. Mereka adalah orang – orang yang tidak memiliki akses langsung maupun pengertian tentang apa yang baik. Mereka jauh dari buku – buku dan tenaga pendidik yang kompeten. Apa yang tersedia bagi mereka? Rumor, gosip, opini, hoax, dsb. Hal – hal demikian mereka temui dalam kehidupan sehari – hari, dan merupakan sumber kebenaran yang bisa mereka akses. Banyak orang hanya mendapat remah – remah kue pembangunan SDM bangsa, sementara orang – orang tertentu mendapatkan potongan yang besar dan memuaskan. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan.

Sujatmoko mengutip Pasal 31 ayat (1) UUD 1945, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Dalam “Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan”, ia menulis,

“Padahal bila dicermati, dasar keberhasilan negara-negara maju adalah mengedepankan sektor dalam setiap program rencana untuk membangun dan mengembangkan negaranya… Akan tetapi faktanya seperti yang dijelaskan di atas tadi titik berat pembangunan hanya pada pembangunan fisik semata.”

Emmanuel Sujatmoko

Dalam teks, hukum Indonesia sudah mendukung pendidikan sebagai hak, meski belum sampai ke tahap keharusan. Pertanyaan “mengapa belum dilaksanakan dengan baik?” penulis jawab dengan pendekatan alkitabiah berikut.

Dasar Alkitabiah

Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.

(Pengkhotbah 5:8)

Ketika penulis membaca konteks dari ayat ini, jelas bahwa penyebab pejabat tidak melaksanakan tugas negara secara adil dan memastikan penegakan hukum adalah uang. Mereka bercita – cita untuk mempersembahkan jasa bagi Tuhan dan negara. Mereka berusaha menjadi kaya demi tujuan tersebut. Mereka jadi punya banyak urusan, punya banyak mimpi. Mereka pun jatuh dalam cinta uang, dan uang mereka habis untuk mengurus celaka mereka sendiri, misalnya anak bandel (kasus Mario Dandy), tertangkap korupsi (banyak contoh, katakanlah sang “Wanita Emas”), atau terkena penyakit berat, yang mungkin pernah terjadi kepada kolega kita masing – masing. Jelas, mereka belum menangkap bentuk kebaikan, yang sebenarnya sesederhana memberikan seteguk air bagi orang yang kehausan.

Thomas Aquinas dan Prinsip Kebaikan (Beneficence)

“Beneficence is an effect of love in so far as love moves the superior to watch over the inferior.” Orang yang kuat memperhatikan keadaan orang lemah. Ini prinsip kebaikan. Dalam Aquinas, prinsip kebaikan berasal dari kasih, sebagai tanda yang terlihat bagi orang lain untuk melihat kasih dalam diri seseorang. Kebaikan ini harus ditujukan kepada semua orang, karena orang berbeda – beda dalam tingkat kebaikan. Bisa jadi orang kuat punya sisi lemah. Bisa juga, orang yang ada di bawah nanti ada di atas, dan kita tetap perlu melakukan apa yang baik baginya.

Orang muda adalah masa depan bangsa. Terlalu sering, kalimat ini digaungkan sampai hilang maknanya. Untuk menjadikan orang muda kuat untuk menghadapi masa depan, kita perlu mengajarkan mereka tentang apa yang baik. Tanpa hal demikian, semua dana dan program akan menjadi sia – sia.

Tanggapan Kritis

Ada beberapa potong ketidakadilan yang penulis mau bahas di sini. Beberapa orang beranggapan bahwa orang yang berkekurangan harta dan pengetahuan malas dan tidak mau belajar. Orang yang berpendapat demikian bagai orang – orang yang berhenti di bawah terang bulan. Mereka berhenti sebelum menangkap apa yang baik bagi diri mereka dan orang – orang kecil yang kita bahas di tulisan ini. Mereka berhenti pada kritik dan identifikasi hal – hal buruk. Mereka hanya melihat bahwa segala sesuatu (yang baik dari orang susah) sulit untuk dilihat, seperti orang yang berada di dalam kegelapan malam, disinari purnama. Orang yang berbuat demikian belum sampai kepada cahaya matahari, kepada bentuk kebaikan.

Ada juga orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu tidak perlu, ajaran agama itu yang perlu. Penulis teguh: Pendidikan itu perlu. Sekalipun pendidikan tidak dibawa ke surga, banyak urusan manusia dan Tuhan yang harus dipelajari supaya bisa dilaksanakan dengan benar. Tangga tidak diperlukan di atas atap, tetapi diperlukan untuk naik ke atas atap. Pengetahuan akan bentuk kebaikan juga diperlukan untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Maka pendidikan itu lebih dari perlu, pendidikan adalah ukuran atas rasa keadilan dari setiap orang yang mendukungnya.

Daftar Pustaka

Sumber Daring

Cek Fakta, “[SALAH] Ibu Ida Dayak Sembuhkan Putra Joe Biden yang Lumpuh“, https://cekfakta.com/focus/12502, diakses pada Rabu, 3 Mei 2023, 22:46:03.

Sumber Luring

Plato. The Republic. Diedit oleh G. R. F. Ferrari. Terjemahan Tom Griffith. New York: Cambridge University Press, 2000.

Sujatmoko, Emmanuel. “Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan” dalam Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2010.

Taylor, Shelley E.; Peplau, Letitia Anne; Sears , David O. Social Psychology. New Jersey: Prentice-Hall, 1997.

Thomas Aquinas. Summa Theologica. Vol. 3. Translated by Fathers of the English Dominican
Province. Westminster, MD: Christian Classics, 1981.